25 Sep 2023

  |    1 Agustus: Penampahan Galungan     |    2 Agustus: Hari Raya Galungan     |    5 Agustus: Hari Dharma Wanita Nasional     |    10 Agustus: Hari Veteran Nasional dan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional     |    12 Agustus: Hari Raya Kuningan     |    14 Agustus: Hari Pramuka (Praja Muda Karana)     |    17 Agustus: Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia     |    18 Agustus: Hari Konstitusi Republik Indonesia dan Hari Bhatara Sri     |    19 Agustus: Hari Departemen Luar Negeri Indonesia     |    20 Agustus: Hari Radio Nasional     |    21 Agustus: Hari Maritim Nasional     |    24 Agustus: Hari Ulang Tahun TVRI dan Hari Jakarta Membaca  

Live Streaming Radio KARIMATA FM

DINAMIKA MADURA (05.00-09.00)

Program Acara

Jam: 05:00:00  -  09:00:00

Senin, 25 September 2023

Melli Febrian

Melli Febrian

Trending News

Ilustrasi cuaca panas di Pamekasan (Foto : Doc - Karimata FM)

KARIMATA.NET, SIDOARJO – Fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur atau biasa dikenal dengan fenomena El Nino berdampak pada meningkatnya suhu udara di wilayah Jawa Timur termasuk Madura.

Hal ini disampaikan  Levi Ratnasari Prakirawan BMKG Juanda, Sidoarjo saat On Air di Dinamika Madura, Rabu (07/06/2023) siang yang menyebut pemanasan SML ini mengakibatkan bergesernya potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudera Pasifik Tengah sehingga akan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.

“Untuk dampaknya di wilayah Jawa Timur tentunya kondisi cuaca akan semakin kering mengingat di musim kemarau curah hujan juga sudah berkurang, kelembaban udara yang kering akan diikuti dengan suhu udara yang terasa panas,” jelas Levi.

El Nino yang terdeteksi sudah terjadi sejak bulan Mei lalu itu menyebabkan suhu udara maksimum di Madura bisa mencapai 35 – 36 derajat celcius saat siang hari. Kondisi ini juga memicu durasi musim kemarau yang relatif lebih panjang.

“Untuk cuaca panas, terik, dan kering ini lumrah terjadi di musim kemarau, nanti masuk puncak musim kemarau wilayah Jawa Timur sendiri di bulan Juli, Agustus, dan September,” lanjut Levi.

Kondisi ini membuat masyarakat terutama di sektor pertanian perlu mewaspadai berkurangnya curah hujan. Sehingga menurut hemat Levi, sebelum masuk puncak kemarau petani perlu membuat waduk penampung air untuk mengantisipasi potensi gagal panen yang berdampak pada krisis pangan akibat kebutuhan air pada tanaman tidak tercukupi.

“Untuk wilayah Madura sendiri kalau menurut prakiraan BMKG, sudah masuk musim kemarau dan mau menuju puncak, jadi peluang terjadinya hujan sangat kecil,” ujar Levi.

Sebagai antisipasi, kata Levi masyarakat tetap menjaga kesehatan di tengah kondisi suhu udara yang semakin kering dengan menggunakan tabir surya saat beraktivitas di luar rumah, tidak boros air, dan selalu memantau kondisi cuaca terbaru. (Ica/Dil)


MITRA USAHA

Puder-38
NUVO-ACTIVE-5
NUVO-ACTIVE-6
NUVO-CORONA-1
HERS-PROTEX-BIRU
BABY-HAPPY
MIE-SUKSES
GIV-HIJAB-2
MILKU-1
KECAP-SEDAP
SO-YUMIE
OLALA-JELY-DRINK
DOWNY-ANTI-APEK-DOBLE-GOPEK
CIPTADENT-SIKAT-GIGI-88-LUBANG
AXIS-PAKET-KUOTA-DISC-50
MIE-SEDAP-SALERO-PADANG
MIE-SEDAP-AYAM-BAWANG
INDIHOME
RUMAH-MEUBEL
Mau Pasang Iklan?

Latest News

1

Pasien Meninggal Dunia di Toilet, Begini Penjelasan Humas RSUD Sampang

2

Disbudporapar Sumenep Targetkan PAD 780 Juta di Sektor Wisata

3

Pemerintah Wacanakan Larangan Haji Lebih Dari 1 Kali, Simak Penjelasan Kemenag Pamekasan

4

Pawai Karnaval di Proppo Pamekasan, Petugas Lakukan Pengalihan Lalu Lintas