06 Feb 2023

images/banners/LOGO%20KARIMATA%20NEW%20-%20PUTIH.png#joomlaImage://local-images/banners/LOGO KARIMATA NEW - PUTIH.png?width=7000&height=2500    |    5 Februari: Hari Lahir Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)     |    5 Februari: Hari Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi     |    9 Februari: Peringatan untuk hari Kavaleri     |    9 Februari: Hari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)     |    9 Februari: Hari Pers Nasional     |    13 Februari: Hari Persatuan Farmasi Indonesia     |    14 Februari: Hari Peringatan Pemberontakan Pembela Tanah Air (PETA)     |    19 Februari: Hari Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohadnudnas)     |    20 Februari: Hari Pekerja Nasional     |    21 Februari: Hari Peduli Sampah Nasional     |    22 Februari: Hari Istiqlal     |    28 Februari: Hari Gizi Nasional Indonesia    images/banners/LOGO%20KARIMATA%20NEW%20-%20PUTIH.png#joomlaImage://local-images/banners/LOGO KARIMATA NEW - PUTIH.png?width=7000&height=2500

Live Streaming Radio KARIMATA FM

DINAMIKA MADURA (12.00-15.00)

Program Acara

Jam: 12:00:00  -  15:00:00

Senin, 6 Februari 2023

Ica Rahman

Ica Rahman

YOGYAKARTA - Polda DIY terus mendalami pola dan karakter Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Yogyakarta. Yang terpantau hingga saat ini, Gafatar sifatnya tertutup dan menggunakan jaringan orang terdekat untuk menjaring anggota baru. 

"Mereka tidak terbuka. Soal penerangan, apapun sifatnya tertutup untuk komunitasnya," ujar Direskrimum Polda DIY Kombes Pol Hudit Wahyudi seperti dikutip detik.com.

"Lewat jaringan orang-orang terdekat. Misalnya istri karena suaminya aktif di sana, melalui saudara-saudaranya. Orang tuanya mengajak anak," ulasnya.

Saat ditanyai soal adanya camp khusus untuk anggota Gafatar di kawasan Pangkalan Bun, Hudit tak menjawabnya dengan rinci. 

"Camp apapun itu pasti ada tujuan tertentu. Kita belum tahu itu untuk apa. Ibarat kado, dibungkus dengan berbagai macam, isinya hanya satu yaitu sesat," kata Hudit. 

 

Sedangkan, hilangnya sejumlah orang akhir-akhir ini sering dihubungkan dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) seperti yang terjadi pada dr Rica Trihandayani di Yogyakarta. Di Semarang juga pernah  ada orang tua yang mencari anaknya ke bekas markas Gafatar Kota Semarang.

Hal itu diungkapkan ketua RT 02 RW 06, Kelurahan Tandang, Kecamatan Tembalang, Semarang, Suhartono. Di wilayah Suhartono, terdapat bangunan dua tingkat yang memang pernah digunakan oleh Gafatar.

Suhartono mengatakan sekitar sebulan lalu atau pada bulan Desember sempat ada orangtua yang datang menemuinya untuk mencari anaknya yang hilang. Diduga anak yang dicari itu bergabung dengan Gafatar. Namun saat itu bangunan markas Gafatar sudah ditinggalkan penghuninya.

"Pernah ada orangtua dari Mangkang ke rumah saya, anaknya hilang di tempat saya. Satu bulan lalu lalu itu. Tapi setelah itu tidak lapor lagi," kata Suhartono.

 
Ketika dua orang tua itu datang, kondisi bangunan dua tingkat tersebut sudah kosong dan tidak diketahui kemana pindahnya dua orang laki-laki yang menyewa. Suhartono mengatakan warga tidak curiga dengan Gafatar di sana karena awalnya melakukan kegiatan sosial.

"Sejak tahun 2015, kegiatannya itu kayak tanam pollybag, pengobatan gratis, pas bulan puasa kemarin ada layar tancap nonton film Soekarno," tandasnya.

 

Menurut warga yang tinggal di dekat  rumah itu, jika ada kegiatan maka akan banyak  tamu datang membawa mobil dan biasanya kegiatan berlangsung 2 sampai 3 hari.

"Mobil banyak kalau ada kegiatan. Biasanya  2-3 hari nginep terus  pergi lagi. Apa yang dilakukan tidak tahu," kata salah satu warga, Aan.

Warga tidak menaruh curiga hingga kegiatan terakhir pada dua minggu lalu, Aan dan warga lainnya juga baru mengetahui dan curiga setelah berita dr Rica dan Gafatar di DIY banyak diperbincangkan.

"Sekitar dua minggu lalu (masih ada kegiatan). Setelah itu kegiatan berkurang, setelah ramai Jogja itu tidak ada lagi," ujarnya.

Dari pantauan detikcom, rumah bercat abu-abu itu sepi dan memang tidak terlihat atribut Gafatar di luar, hanya saja ada spanduk tulisan "Nusantara Property".  Di sebalah kanan, kiri, depan, maupun belakang rumah itu merupakan lahan kosong.

Di dalam rumah, terdapat sejumlah ruangan ada ruang rapat dan ruang administrasi. Terdapat juga spanduk bertuliskan "Gafatar, gerakan fajar nusantara" dan di bawahnya bertuliskan "Ketahanan dan kemandirian pangan" dengan huruf yang dibentuk dari gambar buah. Sementara itu di lantai dua ada empat kamar dengan beberapa barang yang masih tertinggal. (tanziel)